10 Maret 2016

Sedikit Cerita Tentang GMT 2016

Kemarin, 9 Maret 2016, bangsa Indonesia sangat antusias menyambut gerhana matahari total (GMT). Begitu pula saya, berharap bisa kebagian melihat gerhana matahari dari rumah di kawasan Pondok Gede. Hehehe. Walau hanya ikut memantau lewat siaran langsung Kompas TV dan media sosial, saya benar-benar merinding dan kagum melihatnya. Apalagi warga yang mengalami langsung proses fenomena alam yang sungguh luar biasa dan amat indah ini. Pagi hari ketika terjadi GMT, sekitar pukul 07.20 WIB, di kawasan tempat saya tinggal kondisinya menjadi redup seperti menjelang sore hari. Ayam-ayam jago peliharaan yang tadinya berkokok sahut-sahutan tiba-tiba senyap dan tenang. Tidak lama kemudian, perlahan-lahan suasana menjadi terang kembali. Ayam-ayam jago ramai berkokok lagi. Setelah itu, saya dan keluarga bersama warga sekitar mengikuti shalat Kusuf (gerhana) berjamaah di masjid dekat rumah.

Membaca koran Kompas hari ini tentang warga yang antusias menyaksikan gerhana matahari total bikin saya gembira. Seperti di Balikpapan, ribuan warga memadati Pantai Maggar untuk menyaksikan GMT. Saat awal gerhana, warga bersorak-sorai, dan kian riuh saat sabit terbentuk. Puncaknya, saat GMT, warga bersorak, bertepuk tangan, dan memukul-mukul botol minuman. Wuiiih, kebayang deh bagaimana serunya suasana di sana ketika GMT. Ada pula seorang warga di Yogyakarta yang memanfaatkan peristiwa langka ini untuk menyerahkan cincin pertunangan dan melamar kekasihnya menjadi pasangan hidupnya. Belum lagi keriaan festival-festival kesenian yang diselenggarakan di daerah setempat untuk menyambut GMT 2016.

Mengutip koran Kompas hari ini tentang perkataan wakil presiden Yusuf Kalla yang turut mengikuti shalat gerhana sebelum memantau peristiwa GMT di lapangan kota Palu, kabupaten Sigi. Setelah menyaksikan proses GMT, beliau berkata, "Oh, indah sekali. Bagaimana kekuatan alam, bagaimana (kita) mengetahuinya, matahari yang (berjarak) 150 juta kilometer dan bagaimana bulan yang jaraknya lebih kurang 40 juta kilometer dapat diketahui posisi pas, betul-betul pas. Itu, kan, kebesaran Allah. Karena pengetahuan manusia, presisi, menitnya sudah diketahui, tahun dan di menit sekian terjadi di sini, dan itu benar."

Entah kenapa perkataan Pak Kalla itu bikin saya terharu. Karena saya tidak punya foto-foto GMT 2016, jadi saya foto saja salah satu buku cerita rakyat favorit saya dari Jawa Timur berjudul "Gerhana" yang diceritakan kembali oleh Suyadi (1932 - 2015), ilustrasinya juga digarap oleh beliau. Seniman dan ilustrator Indonesia yang saya kagumi. Saya beruntung bisa bertemu Pak Suyadi alias Pak Raden di suatu acara tentang ilustrasi di Jakarta dan meminta beliau menandatangani buku-buku cerita koleksi saya, yang sengaja saya bawa pada saat itu.






Beberapa hari sebelum peristiwa gerhana matahari, saya kembali membaca buku cerita ini. Warga tidak lagi takut dengan raksasa Kala Rahu yang konon memakan dan menelan benda-benda langit termasuk matahari sehingga terjadi gerhana dan bumi menjadi gelap gulita. Kini warga menyambut kedatangan gerhana dengan penuh syukur dan sukacita.